Sedangkan garis finishnya adalah, “Sesungguhnya Allah mengirimkan angin dari
Yaman yang lebih lembut dari sutra. Angin tersebut tidak akan meninggalkan
seorang pun yang di dalam hatinya terdapat keimanan seberat biji zarrah kecuali
mengambilnya.” (HR. Muslim)
Imam Muslim meriwayatkan dari
Abdurrahman bin Syamasah r.a mengatakan, “Aku
sedang bersama Maslamah bin Mukhlid ketika dia bersama Abdullah bin Amr bin
Al-Ash. Abdullah mengatakan, “Hari kiamat tidak akan datang kecuali pada
seburuk-buruk makhluk. Mereka lebih buruk dari kaum jahiliyah. Ketika mereka
meminta sesuatu kepada Allah maka Allah menolaknya.” Ketika mereka dalam
kondisi demikian, maka datanglah Uqbah bin Amir. Maslamah berkata, “Wahai
Uqbah, dengarkanlah apa yang dikatakan Abdullah.” Uqbah mengatakan, “Dia lebih
tahu. Sedangkan aku, Maka aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Segolongan
dari umatku akan terus berperang untuk menegakkan perintah Allah menundukkan
musuh mereka. Orang-orang yang berada di belakang mereka tidak membahayakan,
hingga datanglah hari kiamat, dan mereka masih dalam keadaan demikian.”
Abdullah meneruskan, “Kemudian Allah mengirimkan angin beraroma misik, yang
menyentuh laksana sutra. Angin ini tidak meninggalkan seorang pun yang di dalam
hatinya ada satu mitsqal benih dari iman kecuali mencabutnya. Kemudian
tinggallah orang-orang yang buruk dan kepada merekalah kiamat datang.” (HR.
Muslim)
Maka ketika seorang dai sudah
mempersiapkan dirinya untuk berjihad di jalan Allah serta menjadi salah satu
pejuang untuk menghadapi musuh-musuh Allah,maka semua potensi ini membuatnya
mampu untuk bertempur dan bertarung. Biidznillah, dia akan menang dan selamat.
Sedangkan musuhnya akan kalah dan direndahkan.
Yang dimaksud disini bukanlah
keselamatan individu dari sakit dan lara, melainkan keselamatan kelompok dan
pemikiran di akhir nanti. Sedangkan bentuk keselamatan di Akhirat adalah
melimpahnya kenikmatan, dan tinggal di syurga yang luasnya memenuhi langit dan
bumi yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan
tidak pernah terbersit dalam benak ini. (Qowa’idud
Da’wah Ilallah, Dr. Hammam Abdurrahim Said hal 10-12) (najm.red)